Meski semakin banyak parfum selebriti yang bermunculan, fakta menunjukkan produk parfum selebriti mulai kehilangan pamornya. Konsumen mulai beralih ke produk parfum dari brandyang namanya justru belum begitu familiar.
Seperti dikabarkan Daily Mail, penjualan parfum-parfum keluaran Coty, perusahaan yang menaungi brand parfum sejumlah selebriti seperti Beyonce dan Lady Gaga, pada Mei tahun ini mengalami penurunan sekitar empat persen. Ini adalah penurunan per semeter yang ketujuhkalinya secara berturut.
Mungkin penjualan produk parfum selebriti yang semakin menurun juga menjadi alasan Elizabeth Arden menjual perusahaannya kepada brand kosmetik Revlon. Elizabeth Arden, brand yang memiliki deretan produk parfum dari selebriti sekelas Britney Spears, Taylor Swift, dan Justin Bieber, mengalami kerugian 270 juta poundsterling selama dua tahun terakhir. Di saat parfum selebriti mulai kehilangan pesonanya, parfum yang bukan berasal dari brandbesar atau menggunakan embel-embel racikan selebriti mulai dilirik konsumen. Parfum ini biasanya dibuat oleh para artisan atau niche.
Illuminum, Le Labo, dan Etat Libre d'Orange, adalah beberapa nama brand parfum tersebut. Produk-produk mereka dijual berdampingan dengan parfum keluaran brand besar dan selebriti di sejumlah department store ternama di Inggris.
Dalam proses kreatifnya, para artisan ini tidak membuat parfum berdasarkan selera pasar demi mengejar keuntungan. Mereka justru lebih mengedepankan kompleksitas dan individualisme serela dalam setiap karyanya. Survei perusahaan analis pasar, Mintel, membuktikan 14 persen masyarakat Inggris tidak keberatan mengeluarkan uang lebih banyak untuk parfum beraroma unik. Menurut ahli parfum Michael Donovan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergesaran tren ini. "Budaya kita telah berubah. Di era 80 dan 90an, brand adalah segalanya. Tapi di abad 21 seperti sekarang ini adalah saatnya merayakan individualitas," katanya.
Di sisi lain, brand besar tidak mau mengambil risiko dengan menjual produk yang lebih tersegmentasi. Menurut Lawrence Roullier-White, seorang penjual parfum artisan, situasi tersebut justru menjadi peluang bagi parfum artisan untuk merebut pangsa pasar.
"Jutaan poundsterling brand besar kucurkan untuk pemasaran sehingga mereka harus lebih komersil. Mereka tidak bisa bereksperimen untuk hal berskala kecil, sementara brandindpenden bisa," kata Lawrence.
Keunggalan lain dari parfum artisan adalah pembuatannya yang tidak berpatok pada tenggat waktu sehingga hasil akhirnya lebih optimal.
"Dari segi kemasan memang kurang mencolok, tapi hasilnya lebih menarik dan engaging," kata James Craven, penjual parfum di butik Les Senteurs. Dan satu lagi, mengingat segi komersial bukan lah fokus dari brand independen, itu berarti porsi biaya produksi lebih terkonsentrasi pada isi parfum sehingga hasil akhirnya lebih berkualitas.
Posted by : www.Bola125.net www.Lazadapoker.net
0 comments:
Post a Comment